
Wartaotonomibaru.com
JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mencoba realistis dengan kondisi perekonomian Indonesia di tengah pandemi COVID-19 yang diprediksi baru mencapai puncaknya di dalam negeri pada April hingga Mei mendatang.
Menurut Menkeu, jika persoalan COVID-19 ini tidak kunjung terselesaikan, maka dampaknya akan sangat buruk bagi perekonomian Indonesia.
Bahkan, wanita yang pernah diganjar sebagai menteri keuangan terbaik di dunia itu menyebutkan bisa saja pertumbuhan ekonomi RI pada 2020 minus 0,4 persen.
“Dengan kondisi saat ini pertumbuhan ekonomi bisa turun jadi 2,3 persen atau jika kondisi memburuk bisa minus 0,4 persen,” kata Sri saat menggelar konferensi pers virtual bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Menurut Sri, pertumbuhan ekonomi RI yang selama ini ditopang oleh tinggi konsumsi rumah tangga, dengan adanya COVID-19, konsumsi rumah tangga sendiri mengalami penurunan menjadi 3,2 persen hingga 1,6 persen.
Demikian halnya dengan ruang gerak UMKM yang juga sangat terpukul dengan ada pandemi COVID-19.
Tak hanya Indonesia, kondisi serupa menurut Sri juga bakal dialami oleh seluruh negara di dunia tanpa terkecuali.
Bahkan Sri menyebutkan, sejumlah lembaga dunia juga sudah memberikan proyeksi jika ekonomi dunia menuju resesi.
“KSSK terus memonitor semenjak awal tahun ini dari merebaknya COVID-19 sampai 200 negara di dunia. Reaksi ekonomi benar-benar menimbulkan gejolak luar biasa,” kata Sri.
Hanya dalam satu bulan, Sri Mulyani mengatakan Dana Moneter Internasional atau IMF telah memproyeksikan COVID-19 ini membuat ekonomi dunia resesi. “Atau pertumbuhannya negatif. Tadinya padahal proyeksinya ekonomi global tumbuh di atas 3%,” katanya.
Kemudian ada The Economist prediksi juga minus 2,2%, The Fed juga menyebutkan pertumbuhan AS juga negatif,” tuturnya.
“Ini menggambarkan bahwa kondisi ini sebabkan kepanikan di sektor keuangan.”
Untuk itu, Sri Mulyani mengatakan, KSSK harus melakukan asessment terbaru dan pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan terkait COVID-19.
(Yohanes Gunanto)