Trump Umumkan Perang Pada Negaranya Sendiri?




0 0
Read Time:3 Minute, 8 Second

Wartaotonomibaru.com, AMERIKA – Apakah Donald Trump baru saja mendeklarasikan perang terhadap Amerika Serikat? Pertanyaan ini muncul karena perkembangan yang terjadi memang terdengar seperti itu.

Setelah sempat bersembunyi di bunker akhir pekan lalu dan memberondong dengan banyak cuitan keras di Twitter, Trump akhirnya berpidato pada Senin malam. Dalam pidato resminya yang pertama sejak pembunuhan George Floyd oleh polisi yang memicu protes global, si #BunkerBoy itu berdiri di taman Rose Garden Gedung Putih dan mengancam akan memobilisasi militer Amerika melawan rakyat Amerika. Menyebut dirinya sebagai “presiden penjaga hukum dan ketertiban” (president of law and order), Trump bersumpah bahwa kalau kekerasan dan penjarahan berlanjut, dan para wali kota serta gubernur tidak bertindak, dia akan “mengerahkan militer Amerika Serikat secepatnya untuk menyelesaikan masalah”. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa presiden Amerika Serikat, negara yang gemar menyebut dirinya sebagai demokrasi paling hebat di dunia, mengancam untuk menerapkan darurat militer atau martial law.

Sepertinya AS sedang berada di titik balik. Kerusuhan yang melanda negara itu bisa merontokkan Trump – atau bisa secara dramatis menambah kekuatannya. Mana yang akan terjadi? Silakan lempar koin. Kepala berarti ini awal dari selesainya era kepresidenan Trump, ekor berarti kita bisa berharap dia akan menambah satu periode lagi.

Bukan berarti saya plinplan; saya hanya mencoba untuk realistis. Sudah banyak spekulasi tentang bagaimana aksi protes ini akan berdampak pada peluang Trump untuk terpilih kembali, tetapi juga sebuah kebenaran bahwa tidak satu pun dari kita – termasuk orang genius seperti saya – bisa tahu bagaimana dampaknya. Normalnya, jutaan krisis yang terjadi — dari investigasi kasus Rusia sampai tuduhan bahwa dia memperkosa jurnalis “E” Jean Carroll, dan caranya menangani pandemik — harusnya sudah menenggelamkan Trump sekarang. Namun khusus untuk presiden yang satu ini, aturan yang normal sepertinya tidak berlaku. Di satu pekan, Trump seperti menyarankan kita untuk disuntik dengan pemutih guna mengusir virus, pekan lainnya dia mengancam pemberlakuan darurat militer. Semua orang terhenyak untuk sesaat, lalu datang drama yang baru lagi.

Ada kelompok aliran yang mengatakan bahwa perlawanan warga kota di AS akan membantu Trump. Sudah ada perbandingannya pada 1968, ketika Richard Nixon mengeskploitasi sentimen anti-kerusuhan dan menggaungkan kampanye hukum dan ketertiban untuk memenangi pemilihan presiden. Trump tampaknya mencoba yang terbaik untuk meniru kisah Nixon ini. Sebelum pidatonya yang luar biasa Senin lalu, dia juga menggelar konferensi video yang luar biasa bersama para gubernur dan penegak hukum. Dalam konferensi tersebut, Trump menyebut para partisipan “lemah” dan mereka harus “mendominasi” para demonstran. “Anda harus menangkap orang, Anda harus mengejar mereka dan memenjarakan selama 10 tahun, dan peristiwa seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi,” kata Trump. Dengan kata lain: penjarakan banyak orang yang mungkin tidak akan memilihnya. Itu salah satu cara memenangi pemilihan.

Namun, ada aliran lain yang menilai bahwa momen sekarang ini akan lebih merugikan Trump daripada memberinya keuntungan. Dia mungkin mencoba meniru Nixon, tetapi ada banyak perbedaan besar antara 1968 dan 2020 – belum termasuk fakta bahwa Nixon bukan sedang mengejar masa jabatan kedua. Trump berusaha sebisanya untuk menyalahkan Partai Demokrat atas kerusuhan ini, tetapi dia tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa dialah presidennya sekarang. Dialah orang yang seharusnya memegang kendali.

Kembali, masih terlalu awal untuk mengatakan bagaimana situasi ini akan berdampak pada Trump. Namun cukup adil untuk mengatakan bahwa Trump sedang dalam masalah – dan dia tahu itu. Aksis protes itu tidak terjadi dalam kevakuman: gara-gara virus corona satu dari empat pekerja Amerika meminta tunjangan pengangguran dan sebagian negara bagian diramalkan akan mengalami kehilangan lapangan kerja dalam waktu lebih lama. Trump juga keteteran dalam jajak pendapat: Joe Biden memimpin 10 poin dalam jajak pendapat ABC News/Washington Post sejak hari Minggu, dan tingkat kepercayaan kepada presiden sudah jatuh di bawah 43 persen. Trump dalam masalah, artinya AS juga. Seperti ditegaskan presiden sendiri Senin lalu, dia tidak akan pergi tanpa perlawanan – tak peduli berapa pun kerugian yang ditimbulkan.

Noldy Maramis/ Kloudia Rompas
Wartaotonomibaru.com

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*