28 Oktober LAJ Akan Kumpulkan Ribuan Aktivis Di Monas




0 0
Read Time:3 Minute, 36 Second

Wartaotonomibaru.com, Jakarta – Lingkar Aktivis Jakarta (LAJ)sebuah wadah berkumpulnya para aktivis Jakarta, yang baru saja lahir dan terbentuk ini, langsung  beberapa kali menciptakan gebrakan gagasan yang mengejutkan masyarakat, dan berbagai kalangan, usai memperbincangkan masalah reklamasi Pantai Ancol beberapa waktu lalu, LAJ yang di inisiasi aktivis-aktivis yang rata-rata telah senior, seperti Adjie Rimbawan, Agung Nugraha, Agus Chairudin dan Budi Siswanto. Jumlahnya mencapai ratusan orang, kini menggelar acara diskusi soal kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dengan mengambil tema : Kongkow Aktivis Jakarta, Diaspora Aktivis Milenial “Mengukur Kinerja Anies Baswedan” di selenggarakan di Rumah Makan Handayani Prima, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (28/8/2020) kemaren.

Dalam diskusi ini, berbagai kendala yang di hadapi oleh Gubenur Anies dalam menjalankan tugas tanggungjawabnya sebagai Kepala Daerah di Provinsi DKI Jakarta, Nampak terungkap salah satu di antaranya adalah yang di kemukakan  Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta, Agus Suradika, yakni mengenai keberadaan Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang selama ini kinerjanya justru tidak seperti yang di harapkan, pada saat dibentuk oleh Gubernur Jokowi pada 2014 silam.

“ Ya, saya berharap agar marwah keberadaan TGUPP ini dapat di kembalikan saat di bentuknya mereka pada era Gubernur Jokowi, sebagai kanalisasi bagi pejabat eselon II yang tidak masuk dalam strukturisasi, sehingga dengan adanya kanalisasi tersebut, maka jka saat restrukturisasi selanjutnya di antara pejabat eselon II tersebut ada yang kembali dibutuhkan, mereka dapat ditarik kembali,”ungkap Agus Suradika

Hal senada juga di sampaikan mantan anggota DPRD DKI Jakarta H Zainuddin, di era Anies ini, nampaknya TGUPP di berikankan ruang kewenangan mapun peran yang sangat luas, sehingga seringkali melampaui peran birokrasi,  akibatnya hal ini terkesan dapat menurunkan daya kreativitas birokrasi di lingkungan Pemprov DKI. Padahal, sesungguhnya para birokrat di DKI Jakarta ini, bukan sembarangan orang, mereka memiliki pengalaman yang mumpuni di lingkungan birokrasi dari mulai level bawah, menengah hingga level puncak, selain itu mereka  yang memiliki kompetensi maupun kepakaran di bidang yang ditanganinya karena telah puluhan tahun bertugas.

Karena itu, ia meminta Gubernur Anies Baswedan, untuk mencegah terjadinya ketidak sinkronan antara Birokrasi dengan TGUPP, maka sebaiknya ada ketentuan yang mengatur kinerja TGUPP agar tidak mengganggu kinerja birokrat di DKI, melainkan di sinkronkan sehingga terjadi keharmonisan.

“Karena itu, saya berharap agar kinerja birokrat di optimalkan, sedangkan TGUPP sebagai mitra birokrasi, dapat mensinkronkan perannya, sehingga terjadi saling mendukung, saling mengisi antara TGUPP dengan birokrat, kalau ini terjadi insyaallah, Jakarta akan tumbuh lebih baik lagi,” ucap H Zainuddin politisi gaek Partai Golkar DKI Jakarta, yang biasa di sapa H.Oding.

Acara diskusi ini, selain menghadirkan Agus Suradika dan H.Zainuddin ( H.Oding) juga menghadirkan narasumber yakni : Ucok Sky Khadafi dan  Amir Hamzah, yang juga menyoroti kendala yang di alami Anies Baswesdan selama memimpin DKI Jakarta, Ucok sebagai peneliti CBA, masih menyoroti masalah Politik  Anggaran di era kepemimpinan Anies, yang terkendala dengan belum optimalnya kinerja Birokrasi dalam penyerapan anggaran di Pandemik covid 19, sedangkan Amir Hamzah senada dengan Agus Suradika maupun H.Zainuddin, juga menyoroti kinerja TGUPP, yang mestinya tidak overlapping dengan kinerja birokrasi, melainkan kembali pada tupoksinya yang di atur Pergub Nomor 16 Tahun 2019.

Sementara itu, usai memperbincangkan dan sekaligus membedah plus-minus kinerja Anies Baswedan Gubernur Prov.DKI Jakarta, serta kendala maupun problem solvingnya, obrolan internalpun terjadi antar sesama aktivis, hingga memunculkan gagasan untuk menggelar kongres berskala besar di Monas, Jakarta Pusat, bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2020 mendatang

“Nah, gagasan untuk menggelar Kongres ini di dorong oleh adanya situasi timbulnya kebuntuan komunikasi antar para aktivis di berbagai level generasi, sehingga terjadi konflik yang senantiasa di hindari, akibatnya muncul ketidakharmonisan secara terselubung, di Konggres nanti itulah , dengan semangat Sumpah Pemuda, Perbedaan itu harus di rajut kembali dan di persatukan untuk kepentingan Jakarta” tukas Jim Lomen,

Ia menegaskan bahwa perbedaan cara pandang dan pilihan aktivis harus nampak di permukaan, tak boleh disembunyikan untuk kemudian bermusuhan dan saling membunuh karakter, karena itulah tujuan LAJ dibentuk adalah untuk melingkari atau menyatukan perbedaan di kalangan aktivis, tapi benang merahnya sama, yakni  mengedepankan kepentingan publik.

“Di ajang Konggres itulah, di harapkan terbentuk satu tekad mensinergikan pandangan untuk sebesar-besarnya kepentingan Warga Jakarta, kami sudah lelah untuk di pecah belah, kami ingin bersatu dan semua komponen masyarakat, meskipun berbeda pandangan, untuk kemajuan Jakarta, mari kita bersinergi”pungkas Jim Lomen aktivis 98 dari Trisakti yang juga juga mantan Sekjen PP–PMKRI di era Reformasi.(frs)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*